Waktu Ideal Ikatan Pertunangan Berlangsung

Pertunangan banyak ditempuh pasangan sebagai gerbang pembuka keseriusan hubungan. Lantas, berapa lama sebenarnya pertunangan perlu dijalin?

Banyak pasangan terikat pertunangan selama bertahun-tahun dan belum menemukan kejelasan masa depan pernikahan yang bakal digelar. Tak jarang, hubungan yang dibina justru kandas di tengah jalan.

Meski menjadi bukti keseriusan sebelum menuju pernikahan, pertunangan bukanlah jaminan bagi kelanggengan seseorang mencapai pernikahan.

“Sebuah ukuran normal dan sehat bagi waktu pertunangan, yakni satu setengah tahun,” kata Dating and Relationship Coach Deanna Lorraine, seperti dilansir Selfmagazine.

Lorraine menjelaskan, semakin lama pertunangan berlangsung, semakin sedikit kesempatan pernikahan bakal terwujud.

“Ketika pertunangan terlalu panjang, seperti di dalam film, perselisihan justru terjadi. Perdebatan soal pekerjaan, keraguan pasangan Anda karena bersikap lebih dingin akan mungkin terjadi,” jelasnya.

Ada beberapa alasan pertunangan digadang-gadang. “Kebanyakan wanita menganggap bahwa pria mengusulkan rencana tersebut dan mereka menganggap rencana itu aman dilakukan, hal tersebut akan berjalan lancar dan bermuara pada pernikahan,” kata Lorraine.

Namun pada perjalanannya, pertunangan tidak selamanya berjalan lancar dan tidak berakhir di pelaminan. Menurut Lorraine, ada beberapa alasan utama pertunangan tidak berujung pada pernikahan dan berakhir di tengah jalan. Pertama, pernikahan dapat menyebabkan perkelahian dan perselisihan.

“Ketika memutuskan untuk menggelar penikahan, Anda memiliki lebih banyak waktu untuk memutuskan sesuatu hal dan memikirkan berbagai detail dan nuansa pernikahan yang akan digelar,” ucap Lorraine. “Hal ini dapat menyiksa, khususnya pengantin pria yang biasanya tidak terbiasa menyelesaikan kerumitan tersebut,” tambahnya.

Permasalahan potensial yang biasanya timbul, wanita seringkali berubah menjadi emosional. “Situasi ini dapat menjadi tekanan bagi pengantin pria untuk menetapkan tanggal pernikahan dan mengatur proses pernikahan,” jelas Lorraine.

Banyak wanita mulai menunjukkan perilaku obsesif dan tidak menarik yang akhirnya membuat pasangan memikirkan kembali soal pernikahan. “Dia mulai berpikir, ‘Siapa yang terobsesi pernikahan dan detailnya, lalu membaca majalah pengantin, dan di mana wanita yang biasa menemani saya bersenang-senang pada Jumat malam?’”

Lantas, apa yang harus dilakukan jika Anda takut menghadapi calon seperti itu?

“Untuk bersiap maju ke pernikahan dengan santai dan tidak terbebani, siapkanlah makan malam atau bersantai menikmati liburan panjang,” saran Lorraine.

Semua ketegangan dan tekanan jelang pernikahan memang dirasakan. Anda berdua memerlukan istirahat untuk membuat keduanya terkoneksi kembali. Bersenang-senang kembali dan mengingat hal-hal indah soal pernikahan menjadi hal yang dapat dilakukan. Sisihkan pula waktu untuk menyelesaikan keputusan yang tertunda dan jangan mengulur waktu.

“Libatkan orang untuk meringankan beban, sehingga Anda berdua bergairah memersiapkan pernikahan,” tutupnya.